JAKARTA (Warta Nasional) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng Hitachi Energy untuk melaksanakan penandatanganan Letter of Intent (LoI) terkait pengembangan teknologi yang ramah lingkungan yang dilakukan oleh Plt. Sekretaris Jenderal KESDM Dadan Kusdiana dengan Regional Head South Asia Hitachi Energy N Venu.
Penandatanganan
LoI ini merupakan tindak lanjut atas pertemuan Menteri ESDM Arifin Tasrif
dengan CEO Global Hitachi Energy Mr. Claudio Facchin di Zurich, Swiss, pada
bulan Januari tahun 2023 ini.
Usai
menyaksikan penandatanganan, Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan bahwa pada
tahun 2060 diprediksi kebutuhan listrik di Indonesia mencapai 1,942 TWh. Untuk
menyuplai kebutuhan tersebut, pemerintah Indonesia juga telah membuat roadmap
untuk membangun pembangkit tenaga listrik dari Energi Baru Terbarukan (EBT)
sebesar 700 GW hingga tahun 2060.
“Untuk
mencapai hal tersebut, kita membutuhkan support dari segi teknologi, industri,
dan infrastruktur dari seluruh stakeholder,” ujar Arifin.
Arifin
menambahkan bahwa tantangan besar dalam penyediaan tenaga listrik EBT adalah
infrastruktur kelistrikan, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang
memiliki sumber energi berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Untuk
itu, pemerintah juga telah menyiapkan program nasional supergrid, untuk
menyambungkan antar pulau di Indonesia, khususnya di pulau-pulau besar di
Indonesia.
“Sekarang
kita sedang berusaha menyambungkan dari Pulau Sumatera Bagian Utara hingga
Pulau Jawa Bagian Timur,” imbuhnya.
Lebih
lanjut, Arifin mengatakan bahwa untuk mempercepat program tersebut dibutuhkan
kolaborasi dan kerja sama dengan seluruh stakeholder baik nasional maupun
internasional, salah satunya adalah dengan Hitachi Energy, dimana Hitachi
Energy merupakan salah satu perusahaan yang memiliki teknologi dan transformasi
digital yang diperlukan untuk mempercepat transisi energi.
Pada
kesempatan yang sama, Plt. Sekretaris Jenderal KESDM Dadan Kusdiana dalam
laporannya mengatakan bahwa LoI antara KESDM dengan Hitachi ini untuk
mempercepat transisi energi di Indonesia.
“Kesepakatan
yang dijalin kedua belah pihak adalah dengan transfer pengetahuan, studi
bersama, hingga solusi pengembangan teknologi khususnya dalam bidang
infrastruktur kelistrikan,” jelasnya.
Sementara
itu, CEO Hitachi Energy, Claudio Facchin mengatakan bahwa Hitachi Energy sangat
mendukung pemerintah untuk mencapai target yang telah ditetapkan, dimana
percepatan transisi energi merupakan kunci menuju NZE dan mengatasi darurat
iklim.
Sebagai
informasi, Hitachi Energy adalah pemimpin teknologi global yang memajukan
energi yang berkelanjutan di masa depan. Di Indonesia, Hitachi Energy telah
hadir sejak tahun 1980 mendukung infrastruktur kelistrikan di Indonesia.
Hitachi
Energy juga telah terlibat dalam beberapa proyek transisi energi di Indonesia.
Salah satunya adalah menghubungkan PLTP 220 MW Rantau Dedap di Sumatera Selatan
yang menyediakan listrik bebas karbon ke jaringan Sumatera. Kemudian menerapkan
solusi Grid Edge di beberapa wilayah, di antaranya Microgrid di Pulau Semau,
Selayar dang Nusa Penida yang telah membantu memenuhi kebutuhan 20% dalam
permintaan listrik.
(**/Red.WNR/JKt).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar