JAKARTA (www.wartanasional raya) – Dari tahun 2015 Program Tol Laut terus mengalami peningkatan dan perkembangan, baik dari segi infrastruktur, trayek, armada, jumlah muatan, maupun kapasitas. Pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan, terus bersinergi dan bekerjasama dengan seluruh stakeholder baik dari Pemerintah Daerah maupun Kementerian Lembaga serta operator agar implementasi program tol laut dapat mencapai hasil dan manfaat yang sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat Indonesia.
“Seperti kita ketahui jumlah trayek tol laut
meningkat lebih dari tiga kali lipat, dari hanya tiga trayek pada 2015 kemudian
enam trayek rute (2016) yang seluruhnya merupakan penugasan berkembang menjadi
26 trayek pada tahun 2020 dan 100 pelabuhan singgah,” tutur Menteri Perhubungan
Budi Karya Sumadi pada saat membuka sekaligus memberikan sambutan pada Acara
Rapat Koordinasi Nasional Penyelenggaraan Angkutan Barang di Laut (Tol Laut)
yang diselenggarakan secara virtual, Senin kemarin (26/10).
Pada tahun kelima penyelenggaraan tol laut
ini, Kementerian Perhubungan sudah menyiapkan beberapa instrumen guna
memaksimalkan operasional tol laut, diantaranya pengadaan kapal baru, penetapan
trayek rute dari beberapa pelabuhan pangkal ke berbagai kota dan pulau di
wilayah 3TP dan Kawasan Timur Indonesia (KTI), serta penambahan sarana bongkar
muat pelabuhan di wilayah 3TP dan KTI.
“Beberapa instrumen kebijakan dalam
pelaksanaan program tol laut telah dilaksanakan dan disiapkan oleh Kementerian
Perhubungan meliputi pengadaan kapal baru, penetapan trayek rute dari beberapa
pelabuhan ke pulau di wilayah 3TP dan wilayah Indonesia bagian timur,
penambahan sarana bongkar muat pelabuhan seperti forklift, reach stacker, dan
rigid truck container, minicon di pelabuhan wilayah 3TP. Kami juga melakukan
digitalisasi dengan menetapkan pelabuhan Tol Laut sebagai pilot project dengan
pengaturan pola jaringan pelabuhan hub and spoke yang bersumber dan melihat
beberapa daerah sebagai pelabuhan utama (Hub) dan ada daerah sebagai pelabuhan
pengumpan (Spoke),” tandas Menhub Budi.
Tol Laut pada tahun 2020 didorong untuk
melibatkan sinergi antar Kementerian dan Lembaga untuk mengefisiensi biaya
pengiriman barang kebutuhan pokok dan barang penting (Bapokting) dan muatan
balik hasil industri daerah yang tidak dapat optimal jika hanya menjadi beban
pelayaran dan pelabuhan. Sinergi ini dilakukan dengan terus memperbaharui
regulasi yang berlaku dengan menyesuaikan tantangan dan dinamika selama
pelaksanaan Tol Laut, di antaranya dengan melakukan sinergi dengan Sentra
Bisnis Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT), sinergi dengan program Gerai
Maritim dan Rumah Kita, penetapan Bapokting berbasis kebutuhan dan stimulus
muatan balik, serta melakukan program pengendalian biaya logistik dan
pengawasan bersama perguruan tinggi dan asosiasi dan melakukan program
penguatan pengamanan laut. Selain itu, Kementerian Perhubungan juga terus
meningkatkan performa sistem manajemen logistik yang terus berinovasi mengikuti
kemajuan teknologi.
“Tol Laut harus terus hadir dengan perfoma
baru dengan sistem manajemen logistik dan digitalisasi yang terus berinovasi
untuk memberi kemudahan bagi regulator maupun pelaku usaha, seperti dalam
aplikasi layanan Sistem Informasi Tol Laut atau SITOLAUT merupakan Logistic
Communication System (LCS) Versi 02 Berbasis Mobile Apps, Informasi Muatan dan
Ruang Kapal (IMRK) , Delivery on Line, Inaportnet, Simlala dan layanan
lainnya,” ujar Menhub.
Hingga saat ini, negara telah hadir dan sudah
membangun lebih dari 50 pelabuhan, 293 unit kapal yang terdiri dari 116 unit kapal
perintis, 14 unit kapal kontainer, 6 unit kapal ternak dan 18 unit kapal rede
dengan 2 unit digunakan sebagai kapal rumah sakit yang telah dioperasikan dan
138 kapal pelayaran rakyat telah dihibahkan kepada pemerintah daerah.
(REDAKSI WNR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar