JAKARTA (Warta Nasional) - Staf Ahli Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Perencanaan Strategis Yudo Dwinanda Priaadi mengungkapkan, pemerintah saat ini sedang membuat regulasi untuk pemanfaatan energi bersih dan diharapkan pada 2023 ini bisa selesai, yakni Undang-Undang Energi Baru Energi Terbarukan (UU EBET).
Menurut Yudo, UU tersebut akan menjadi landasan utama untuk Indonesia bisa melakukan transisi energi lebih cepat.
“Selain
itu, kebijakan rencana umum energi daerah (RUED) yang sudah ada akan direvisi
untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang ada, baik teknologi maupun
kebijakan seperti target NZE 2060 yang sebelumnya belum ada,” kata Yudo dalam
keterangannya yang dikutip di Jakarta, Kamis (29/06/2-023).
Dikatakan Yudo, pihaknya juga melihat beberapa energi baru yang kita perlukan, misalnya ialah hidrogen sebagai alternatif bahan bakar di masa depan, kemudian amonia yang belum dimanfaatkan.
“Kami
juga mempertimbangkan yang masih kami kaji sekarang untuk memanfaatkan nuklir
tetapi nanti kami lihat itu karena sangat khusus penanganannya,” ucap Yudo.
Lebih
jauh ia mengatakan, bahwa mengurangi emisi batu bara menjadi salah satu peta
jalan menuju energi bersih. Apalagi Pemerintah sendirian telah mencanangkan
target emisi nol bersih (net zero emission/NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
“Road
map sudah ada dan kami tentu akan mendetilkan lagi dengan menyiapkan rencana
tahunan seperti apa dan garis besarnya yang paling penting salah satunya adalah
dengan mengurangi emisi batu bara,” kata Yudo.
Ia
juga menyebutkan tahapan penting lainnya dengan penggunaan energi baru dan
terbarukan (EBT). Di mana Indonesia memiliki potensi sumber energi yang besar seperti
surya, hidro, hingga panas bumi. Selain itu, yang juga tak kalah penting dengan
mengurangi pemakaian energi yang digunakan saat ini.
“Satu
hal yang bisa setiap orang lakukan dalam upaya untuk mengurangi pemakaian
energi adalah dengan efisiensi energi sehingga kita bisa lebih hemat energi
seperti dengan mematikan AC dan lampu ketika meninggalkan ruangan. Perubahan
perilaku ini itu hal yang penting dalam melakukan transisi energi menuju NZE,”
papar Yudo.
Masih
menurut Yudo, bahwa transisi energi dalam pemahaman global harus
mempertimbangkan hal utama, yakni menjaga ketahanan energi masing-masing, di
mana ketahanan energi tidak terganggu akibat pergeseran energi fosil menjadi
energi hijau.
“Transisi
energi juga harus mempertimbangkan affordability harga sehingga harga energi
juga harus terjangkau oleh masyarakat,” tambahnya.
(Red WNr/JKt).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar