Ketua PP Pemuda Muhammadiyah : Karangan Bunga Anonim Layaknya Buzzer di Jagat Maya - WARTA NASIONAL RAYA | HARIAN BERITA INDONESIA

WARTA NASIONAL RAYA | HARIAN BERITA INDONESIA

Harian Berita Indonesia


 

-----


=====

 


###


 

Breaking

Responsive Ads Here

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Selasa, Mei 02, 2017

Ketua PP Pemuda Muhammadiyah : Karangan Bunga Anonim Layaknya Buzzer di Jagat Maya

Karangan  bunga dengan pengirim yang tidak secara jelas menyebutkan jatidirinya membanjiri Mabes Polri. 
Fenomena tebar karangan bunga sepertinya belum berhenti. Setelah di Balai Kota DKI Jakarta dibanjiri kiriman karangan bunga dengan pengirim yang tidak jelas, kini giliran Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) dan Kepolisian Daerah (Polda) Metro Jakarta Raya yang menerimanya.

Fenomena ini dinilai sebagai hal yang mirip dengan akun-akun  buzzer di jagat maya. Hal itu diungkapkan oleh Ketua PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak.

“Karangan bunga yang tidak jelas itu kan sama dengan akun-akun buzzer alias tuyul sosmed di media sosial,” katanya kepada wartawan, Rabu (3/5/2017).

Menurut Dahnil, serbuan karangan bunga tersebut bertujuan untuk membangun dan mengarahkan opini di kalangan masyarakat untuk melabelisasi salah satu kelompok sebagai kelompok radikal dan intoleran.

“Tujuannya adalah membangun stigmatisasi dan tuduhan kepada kelompok yang lain adalah radikalis dan stigma-stigma negatif lainnya,” tuturnya.

Dahnil menegaskan, mendukung dan mengapresiasi penegak hukum dalam memberantas kelompok yang membahayakan persatuan dan kesatuan negara sangat penting. Namun, yang menjadi catatan adalah penegakan hukum yang adil.

Dahnil Anzar Simanjuntak.
“Mendukung Kapolri untuk lawan radikalisme itu baik dan penting. Namun catatan saya, masalah utama negeri kita saat ini adalah tidak hadirnya keadilan hukum dan ekonomi. Ketika penegak hukum berlaku tidak adil maka di situ benih radikalisme mudah lahir,” ungkapya.

Tidak hanya itu, melalui pemerintah, kebijakan ekonomi yang adil juga memiliki andil dalam menghindari bibit-bibit kelompok radikal.

“Ketika kebijakan ekonomi melahirkan ketimpangan, politik yang tak berkeadilan maka di situ benih radikalisme mudah lahir. Jadi, stop politisasi dan dagang radikalisme dan toleransi karena mayoritas rakyat Indonesia itu pasti antiradikalisme dan merawat toleransi yang autentik,” tutupnya.

Tidak ada komentar:

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Page