Joko Widodo dan Prabowo Subianto makan siang bersama di salah satu restoran di wilayah Senayan, Jakarta Selatan. Foto : ANTARA |
Ada yang menarik dari tempat mereka melakukan makan siang. Ya, terlihat gambar latar di belakang Joko Widodo dan Prabowo Subianto sewaktu makan siang ada gambar tokoh pewayangan di sebuah restoran itu.
Secara berurutan, tokoh pewayangan yang dipasang di paling kanan adalah bagong, semar, gareng, dan petruk. Mereka adalah punakawan. Sementara paling kiri adalah togog dan bilung.
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Arsul Sani, menduga memang Jokowi dan Prabowo sengaja duduk dengan latar tokoh pewayangan. Apa maknanya?
“Maknanya ya mari menyambut hari depan dengan penuh optimisme, letakkan perbedaan, permusuhan yang ada di belakang,” kata Arsul saat dihubungi, Minggu, (14/7).
“Dan semua yang ada di sekeliling Pak Jokowi maupun Pak Prabowo jadilah punakawan yang menyatukan dan menyejukkan seperti peran-peran yang dilakukan oleh Semar, Gareng, Petruk itu,” tambahnya.
Sementara itu, peneliti folklor Universitas Indonesia (UI), Sunu Wasono, tidak menampik latar pewayangan di belakang Jokowi dan Prabowo ada maksud tertentu. Ia merasa pesan tersirat yang mau disampaikan adalah mengakhiri segala perbedaan yang ada selama ini.
“Iya saya kira begitu, jadi akhirilah namanya perselisihan. Kita kembali hidup rukun karena si sang pemimpin atau raja, ksatria yang diikuti oleh kedua kelompok itu kan sudah bertemu, sekarang ya buat apa mereka (pendukung) harus bertengkar kan. Pesan tersiratnya seperti itu menurut saya,” ujar Sunu saat dihubungi wartawan Minggu, (14/7).
Sunu menjelaskan semua tokoh-tokoh pewayangan itu menyiratkan harus bersatunya para pendukung Jokowi dan Prabowo yang tidak bisa dipungkiri terpecah karena Pilpres 2019.
“Yang sebelah kanan itu punokawan atau pengasuh untuk mereka yang dianggap sebagai pemimpin, terus yang sebelah kiri juga itu juga pengasuh atau pendamping dari pimpinan yang mereka dukung. Saya kira gitu. Sehingga kalau pimpinannya sudah bertemu, sudah katakanlah rukun, hidup rukun,” terang Sunu.
“Diharapkan rakyat, juga para pendukung juga hidup rukun kan begitu. Kalau pimpinannya sudah bersatu tentu rakyatnya juga bersatu. Jadi yang dibawa apa namanya punokawan itu kan kelompok atau orang-orang yang mengikuti pimpinannya saja, kalau pimpinannya sudah rukun ya otomatis rukun juga kan gitu,” tambahnya.
Namun, Sunu tidak mengetahu secara pasti apakah tokoh pewayangan itu sengaja dipasang karena pertemuan tersebut atau memang sudah ada sebelumnya. “Tapi kalaupun sengaja dipasang barangkali itu simbol bertemunya dua kubu yang kemudian sepakat untuk bersatu saya kira,” tutur Sunu.
Pertemuan Jokowi dan Prabowo memang sudah lama dinantikan masyarakat setelah Pilpres 2019. Sebelum makan siang bersama, mereka berdua bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus.(AR/GL)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar