Pelaksanaan aturan batas bawah-atas untuk angkutan online per 1 April 2017 memberikan angin segar buat emiten taksi. |
Keputusan pemerintah merevisi aturan terkait kendaraan umum non trayek, termasuk amanat penetapan tarif batas bawah-atas angkutan umum berbasis aplikasi akan memberikan efek positif bagi dua emiten taksi konvensional, BIRD dan TAXI.
PT Blue Bird Tbk. (BIRD) dan PT Express Transindo Utama Tbk. (TAXI) pernah menikmati singgasana harga saham yang cukup tinggi pada periode 2015. Pada saat itu, harga saham BIRD pernah mencapai kisaran tertinggi Rp12.100, dan terendah di level Rp5.300. Sementara itu, saham TAXI pernah bertengger di level tertinggi Rp1.200 selama periode 2015, dan setelah itu terus melorot hingga ke posisi Rp105. Sejak 2 tahun lalu, posisi aman keduanya terusik dengan kehadiran kendaraan umum nontrayek berbasis aplikasi, atau yang akrab dikenal dengan istilah angkutan online.
Eksistensi angkutan online ini terhitung mulai 2013, setahun berikutnya berbondong bondong para pengendara roda dua masuk sebagai armada ojek online. Pada 2015, perluasan bisnis operator kendaraan online mulai merambah kepada roda empat. Puncaknya terjadi pada tahun lalu. Bentrokan antara pengemudi kendaraan online dan konvensional pun sempat mengiringi proses perdebatan kebijakan yang tepat dan adil dari pemerintah.
Akhirnya, Kementerian Perhubungan merevisi PM No.32/2016 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek, di mana salah satu poin pentingnya adalah mengatur tarif atas dan tarif bawah bagi angkutan online.
Beleid baru tersebut akan berlaku efektif per 1 April 2017. Hal ini merupakan sentimen positif baik bagi BIRD maupun TAXI. “Ini merupakan sentimen positif buat kedua emiten taksi tersebut, dikarenakan sejauh ini dampak angkutan online itu cukup signifi kan bagi kinerja keduanya,” ujar analis NH Korindo Sekuritas Bima Setiaji kepada Bisnis, Rabu (15/3).
Dia mengungkapkan, revisi aturan dari pemerintah soal angkutan online itu kian menguatkan tren positif sejak awal tahun. “Khususnya buat BIRD,” tambahnya. Analis PT Recapital Securities Indonesia Kiswoyo Adi Joe optimistis harga saham BIRD akan membaik secara perlahan. “Level kenaikan untuk awal bisa ke Rp6.000,” katanya.
Di sisi lain, dia meragukan sentimen positif yang sama bakal dikantongi oleh TAXI. Pasalnya, kata Kiswoyo, perusahaan tersebut masih dibelit oleh persoalan internal seperti pengurangan armada.
Kiswoyo mencermati manajemen TAXI dengan menggunakan sistem kepemilikan pengemudi, memberatkan langkah perusahaan. “Khususnya untuk kualitas pelayanan,” terangnya.
Head of Public Relation Blue Bird Teguh Wijayanto mengungkapkan, sejauh ini perusahaan menyambut positif revisi peraturan angkutan umum oleh pemerintah. Akan tetapi, dia mengungkapkan sejauh ini penurunan kinerja BIRD bukan semata akibat kehadiran angkutan online.
“Melainkan kondisi perekonomian yang belum pulih, karena bisnis transportasi yang lain pun masih ikut melemah, tak hanya taksi,” katanya.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan Januari-September 2016, nafas laba BIRD masih berdetak meski dirundung penurunan kinerja. Pendapatan BIRD sebesar Rp3,64 triliun, turun 10% dibandingkan dengan Rp4,03 triliun selama periode yang sama tahun sebelumnya. Terkait dengan laba bersih, BIRD hanya mampu mengoleksi sebesar Rp362,81 miliar, melorot 42% dibandingkan dengan Rp629,16 miliar selama periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk pemasukan perusahaan, tampaknya baik BIRD ataupun TAXI harus mengakui keberadaan kendaraan umum nontrayek berbasis aplikasi cukup menggerus. Dari operasional taksi, BIRD menorehkan kinerja Rp3,06 triliun, turun 13% dibandingkan dengan Rp3,51 triliun pada Januari-September 2015. Beruntungnya, BIRD masih memetik pertumbuhan dari jasa sewa kendaraan senilai Rp611,39 miliar, menguat 11% dibandingkan dengan Rp550,34 miliar pada periode Januari- September 2015.
Sebaliknya, kinerja TAXI terjerembab dan menderita kerugian. Pendapatan bersih TAXI pada periode Januari-September 2016 turun tajam 29% menjadi Rp512,57 miliar dibandingkan dengan Rp721,4 miliar pada periode yang sama 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar